Hukum RI Berkaki Seribu Tapi Tak Menyengat

Hukum RI Berkaki Seribu Tapi Tak Menyengat

Penegakan hukum dan wajah penegak hukum di Indonesia sepanjang tahun 2010 dinilai carut-marut dan tidak memuaskan. Cabang-cabang kekuasaan negara baik eksekutif maupun legislatif turut menyumbang kondisi tersebut, meskipun seringkali keduanya memiliki konsep bagus tapi sangat lemah dari sisi implementasi.

Staf Khusus Presiden bidang Politik Daniel Sparingga mengakui keadaan tersebut dan mengibaratkannya dengan metafor, Penegakan hukum seperti binatang Kaki Seribu. Dengan kata lain, institusi penegak hukum berjejer panjang mulai dari Komisi Yudisial, Komisi Kejaksaan, Komisi Kepolisian Nasional yang bahkan tak dimiliki semua negara maju.

"Gerbongnya panjang betul tapi penuh masalah, kakinya banyak tapi pelan jalannya. Ketika dihadapkan pada case tertentu, seperti kaki seribu, jarang ada terobosan tetapi melengkung, berputar-putar. Kaki Seribu walaupun wajahnya seram, garang, tetapi jarang menyengat," katanya dalam diskusi di Warung Daun bertema prediksi Politik dan Hukum 2011, Jalan Cikini, Jakarta, Sabtu (18/12/2010).

Menurut Daniel, masalah besar dalam implementasi konsep baik DPR maupun lembaga Kepresidenan salah satunya adalah birokrasi yang menurutnya masih jauh dari sudah berubah. Sehingga, kalaupun ada aparatus yang ingin berubah, ingin melakukan sesuatu, ia terganjal regulasi yang berkelindan dan menghambat.

"Seringkali banyak yang ingin saya lakukan tapi tidak bisa karena aturan-aturan, penganggaran dan sebagainya," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, analis politik Yunarto Wijaya mengatakan, carut-marut wajah penegak hukum bukan hal baru karena sudah terjadi sejak lama. Mengevaluasi tahun 2010 dia menunjuk kasus-kasus dimana penegak hukum menjadi bagian dari kejahatan itu sendiri. Misalnya, kasus Gayus Tambunan, Bank Century, kriminalisasi pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi dan sebagainya.(hri)